Mengenai Saya

Foto saya
rahasia sukses saya... - tidur teratur - tidur telentang - makan di siang hari - makan syur - syuran..n yg trkhr - anggap lah ciang jd mlm n mlm jd ciang... hahahahahah

Pengikut

Rabu, 17 Februari 2010







Ancaman DDT Di Abad 21

Ditulis oleh Tomi Rustamiaji pada 14-01-2008

Pada bulan Juli 1998, perwakilan dari 120 negara bertemu untuk membahas suatu pakta Persatuan Bangsa Bangsa untuk melarang penggunaan DDT sebagai insektisida dan 11 bahan kimia lainnya secara global pada tahun 2000. Amerika Serikat dan negara-negara industri lain menyetujui pelarangan ini karena bahan-bahan kimia ini adalah senyawa kimia yang persisten dimana senyawa-senyawa ini dapat terakumulasi dan merusak ekosistem alami dan memasuki rantai makanan manusia. Namun banyak negara tidak setuju dengan pelarangan DDT secara global karena DDT digunakan untuk mengkontrol nyamuk penyebab malaria. Malaria timbul di 90 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, dan merupakan penyebab kematian dalam jumlah besar terutama daerah ekuatorial Afrika.

Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa 2.5 juta orang tewas setiap tahun akibat malaria dan ini kian terjadi di berbagai belahan dunia. Namun karena DDT begitu efektif dalam mengontrol nyamuk penyebab malaria, banyak ahli berpikir bahwa insektisida menyelamatkan lebih banyak jiwa dibandingkan bahan kimia lainnya.

DDT diproduksi secara massal pada tahun 1939, setelah seorang kimiawan bernama Paul Herman Moller menemukan dengan dosis kecil dari DDT maka hampir semua jenis serangga dapat dibunuh dengan cara mengganggu sistem saraf mereka. Pada waktu itu, DDT dianggap sebagai alternatif murah dan aman sebagai jenis insektisida bila dibandingkan dengan senyawa insektisida lainnya yang berbasis arsenik dan raksa. Sayangnya, tidak seorangpun yang menyadari kerusakan lingkungan yang meluas akibat pemakaian DDT.

Sebagai suatu senyawa kimia yang persisten, DDT tidak mudah terdegradasi menjadi senyawa yang lebih sederhana. Ketika DDT memasuki rantai makanan, ini memiliki waktu paruh hingga delapan tahun, yang berarti setengah dari dosis DDT yang terkonsumsi baru akan terdegradasi setelah delapan tahun. Ketika tercerna oleh hewan, DDT akan terakumulasi dalam jaringan lemak dan dalam hati. Karena konsentrasi DDT meningkat saat ia bergerak ke atas dalam rantai makanan, hewan predator lah yang mengalami ancaman paling berbahaya. Populasi dari bald eagle dan elang peregrine menurun drastis karena DDT menyebabkan mereka menghasilkan telur dengan cangkang yang tipis dimana telur ini tidak akan bertahan pada masa inkubasi. Singa laut di lepas pantai California akan mengalami keguguran janin setelah memakan ikan yang terkontaminasi.

Seperti yang terlihat pada diagram, DDT (diklorodifeniltrikloroetana) adalah senyawa hidrokarbon terklorinasi. Tiap heksagon dari struktur ini terdapat gugus fenil (C6H5-) yang memiliki atom klor yang mengganti satu atom hidrogen. Namun, perubahan kecil pada struktur molekularnya dapat membuat hidrokarbon terklorinasi ini aktif secara kimia.

Dengan memanipulasi molekul DDT dalam cara ini, kimiawan berharap untuk mengembangkan suatu insektisida yang efektif namun ramah lingkungan, dimana senyawa in akan mudah terdegradasi. Namun disaat bersamaan, para peneliti sedang menyelidiki cara lain untuk mengkontrol populasi nyamuk. Salah satu caranya adalah penggunaan senyawa menyerupai hormon yang menyebabkan nyamuk mati kelaparan, hingga dapat mengurangi populasinya hingga dapat mengurangi penyebaran malaria.

Rabu,17 Februari 2010

DEFINISI PPM DAN KONVERSINYA

PPM atau nama kerennya “Part per Million” jika dibahasa Indonesiakan akan menjadi “Bagian per Sejuta Bagian” adalah satuan konsentrasi yang sering dipergunakan dalam di cabang Kimia Analisa. Satuan ini sering digunakan untuk menunjukkan kandungan suatu senyawa dalam suatu larutan misalnya kandungan garam dalam air laut, kandungan polutan dalam sungai, atau biasanya kandungan yodium dalam garam juga dinyatakan dalam ppm.

Seperti halnya namanya yaitu ppm, maka konsentrasinya merupakan perbandingan antara berapa bagian senyawa dalam satu juta bagian suatu sistem. Sama halnya denngan “prosentase” yang menunjukan bagian per seratus. Jadi rumus ppm adalah sebagai berikut;

ppm = jumlah bagian spesies / satu juta bagian sistem dimana spesies itu berada

Atau lebih gampangnya ppm adalah satuan konsentrasi yang dinyatakan dalam satuan mg/Kg, Kenapa? karena 1 Kg = 1.000.000 mg betul kan? Untuk satuan yang sering dipergunakan dalam larutan adalah mg/L, dengan ketentuan pelarutnya adalah air sebab dengan densitas air 1 g/mL maka 1 liter air memiliki masa 1 Kg betul kan? jadi satuannya akan kembali ke mg/Kg.

Contoh, kandungan Pb dalam air sungai adalah 20 ppm artinya dalam setiap Kg air sungai terdapat 20 mg Pb. Kandungan karbon dalam baja adalah 5 ppm artinya dalam 1 Kg baja terdapat 5 mg karbon. Air minum mengandung yodium sebesar 15 ppm, bisa diartikan bahwa setiap liter minum tersebut terdapat 5 mg yodium.

1 micro-g/L = 0.001 ppm
1 micro-g/m3 = 0.000001 juta ppm
= 1 ppb (part per billion)

dimana : 1 m3 = 1000
Rabu,17 Februari 2010


Kentut sapi adalah penyebab global warming



Eh, tahukah Anda apa yang ada di punggung sapi itu? Aha, Anda pasti tidak mengira bahwa yang ada di dalam tangki plastik itu adalah kentut binatang yang dikumpulin. Ah, bercanda, ya? Tidak, saya sama sekali tidak sedang mencoba membuat Anda tersenyum.

Nah, para ahli mengatakan bahwa sistem pencernaan sapi yang lambat ternyata menjadi jawaban atas pertanyaan mengapa binatang itu menghasilkan banyak gas metana. Asal Anda tahu, gas metana itu juga banyak terkandung dalam kentut. Nah, ternyata gas metana juga potensial menghasilkan efek rumah kaca, sama seperti korbon dioksida.

Dalam upaya memahami dampak dari “angin surga” yang dihasilkan oleh sapi-sapi terhadap pemanasan global, para ahli kemudian mengumpulkan gas yang berasal dari dalam perut sapi. Gas itu dimasukkan ke dalam tanki plastik yang diletakkan di atas punggung binatang memamah biak ini.

Peneliti dari Argentina menemukan fakta bahwa gas metana dari sapi menyumbang lebih dari 30% total emisi yang menyebabkan efekrumah kaca negara itu. Sebagai salah satu negara penghasil daging sapi terbesar di dunia, Argentina mempunyai lebih dari 55 juta ekor sapi yang merumput di Pampas.

Guillermo Berr, seorang peneliti dari Institut Nasional Teknologi Agrikultur mengatakan bahwa setiap sapi memproduksi 8000 sampai 1,000 liter emisi setiap hari. Metana, yang juga dihasilkan oleh tempat pembuangan sampah, tambang batubara dan pipa gas yang bocor, ternyata 23 kali lebih efektif dalam menjerat panas di atmosfer daripada karbon dioksida.

Para peneliti di Argentina sekarang sedang melakukan percobaan diet untuk sapi-sapi itu untuk memperbaiki sistem pencernaan dan diharapkan menurunkan suhu di bumi.


Ah, gara-gara global warming, kentut sapi pun dimasukkan ke dalam tanki plastik. Ada-ada saja! ::) ::) ::)

PEYEBAB EFEK RUMAH KACA



Pernahkah Anda membuka lemari es Anda, menarik keluar dua puluh piring pasta dan membuangnya ke tempat sampah, dan kemudian, hanya makan satu piring makanan? Hal ini sama dengan menebang 55 kaki persegi hutan untuk satu kali makan siang Anda atau membuang 2500 gallon air ke saluran pembuangan. Apakah Anda akan melakukannya? Bagaimanapun juga, hanya makan setengah kilo daging akan mengakibatkan hal-hal tersebut di atas. Makan daging akan menyebabkan pengrusakan terhadap sumber alam dan lingkungan kita, menyebabkan penderitaan hewan yang besar, serta memberikan efek-efek merusak bagi kesehatan kita. Jadi, dengan memanggang seekor anjing untuk disajikan bersama kentang dapat membuat Anda muak, tetapi mengapa kita malah memanggang hewan yang jinak lainnya?

Sebuah laporan dari PBB telah membuktikan bahwasapi bukan mobil, tetapi menjadi ancaman teratas bagi lingkungan kita.” Laporan tersebut memberikan bukti bahwa pertumbuhan yang cepat dari hewan-hewan ternak di dunia telah menjadi ancaman terbesar terhadap iklim, hutan, dan kehidupan liar. Hewan-hewan peternakan menghasilkan kotoran 130 kali lebih banyak daripada keseluruhan populasi manusia di Amerika Serikat dan air kotor yang terkonsentrasi kotoran hewan pada akhirnya mengakibatkan pencemaran air, merusak lapisan tanah teratas, dan mencemari udara kita. Lebih jauh lagi, gas buangan dan pupuk rabuk kotoran ternak menghasilkan lebih dari sepertiga gas metana yang memberi kontribusi terhadap pemanasan global 20 kali lebih cepat daripada kardondioksida. Pemakan daging bertanggung jawab atas seratus presen produksi dari hasil buangan-buangan ini yang kira-kita menghasilkan 86 ribu pon setiap detik. Tetapi, dengan menolak produk-produk hewan, Anda telah mengurangi hal-hal merusak di atas.

Lebih jauh lagi, cita rasa kita terhadap daging telah mengorbankan persediaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui kembali. Sejumlah 2500 gallon air dibutuhkan untuk memproduksi 1 pon daging sapi, tetapi, kita hanya membutuhkan 29 gallon air untuk menghasilkan 1 pon tomat, dan 39 gallon air untuk 1 pon roti tawar. Dengan setengah jumlah air, delapan puluh persen tanah pertanian di Amerika Serikat, hampir semua panenan kacang kedelai dan separuh lebih hasil biji-bijian dunia digunakan untuk memeliharan ternak untuk dimakan. Sementara itu, ada 1 milyar penduduk yang menderita kelaparan dan kekurangan gizi, serta 24 ribu anak-anak yang meninggal setiap hari karena hal ini. Hal ini ironis dengan ladang gandum dan padi yang ditakdirkan untuk hewan-hewan ternak di negara Barat. Bagaimanapun, kelaparan dunia akan hilang jika sumber-sumber alam kita dipergunakan secara efisien dengan mengubah pertanian untuk meningkatkan hasil panen yang dapat memberi makan seluruh penduduk dunia.

Apakah Anda sadar bahwa 130 juta hewan dibunuh setiap tahun di Selandia Baru? Sebagian besar hewan dipelihara di pabrik peternakan, dengan sistem yang memaksimalkan produksi dengan biaya yang minimal. Sebagai gantinya, hewan-hewan peternakan sangat menderita secara mental dan fisik; setiap detik dalam hidup mereka. Hewan-hewan tersebut berjejalan ke dalam sistem kurungan dengan sedikit jendela, kotor, serta tidak pernah melihat keluarga mereka, mengkais-kais tanah atau melakukan apapun yang alami bagi mereka. Mereka bahkan tidak merasakan matahari di punggung mereka atau menghirup udara segar sampai pada hari dimana mereka dimuat ke dalam truk, dan ditakdirkan untuk dibunuh. Lebih dari 90 juta hewan di Selandia Baru menderita dengan kondisi-kondisi seperti ini dan banyak yang tetap sadar ketika leher mereka disembelih, kemudian, dibiarkan kehabisan darah sampai mati.

Praktik peternakan yang kejam lainnya yang sering dilakukan oleh peternakan unggas adalah dengan tidak memberi mereka makan selama 14 hari untuk mengejutkan tubuh unggas tersebut agar bertelur lebih banyak untuk konsumsi manusia. Dan, karena anak-anak ayam yang jantan tidak berguna di industri daging, setiap tahunnya ada 100 juta anak ayam jantan lebih yang digiling hidup-hidup atau dimasukkan ke dalam kantong sampai mati kehabisan nafas. Lebih jauh lagi, di tempat penjagalan, leher-leher ayam disembelih, dan mereka dicelupkan dalam air panas untuk menghilangkan bulu-bulu mereka, sementara banyak dari mereka yang masih hidup.

Bahkan sekarang ini, untuk menandai sapi dengan tujuan identifikasi, para peternak menekan besi panas yang membara ke daging sapi sementara mereka melenguh kesakitan. Akibatnya, timbul luka bakar tingkat tiga dan kelamin anak sapi jantan dipotong dari kantung kemaluannya, dan semua itu dilakukan tanpa diberikan penghilang rasa sakit. Untuk menambah penderitaan mereka, tanah yang digunakan ternak untuk merumput memiliki udara yang penuh dengan gas-gas kimia. Hal ini menyebabkan masalah pernapasan yang kronis.

Sapi-sapi yang dipelihara untuk diambil susunya, secara berulang-ulang dibuat hamil kembali dan bayi-bayi mereka diambil sehingga manusia dapat minum hasil susunya yang sebenarnya dimaksudkan untuk bayi-bayi sapi. Sapi-sapi tersebut dihubungkan dengan mesin-mesin beberapa kali sehari dan menggunakan manipulasi genetik, hormon-hormon yang kuat, dan penyedotan susu yang intensif. Mereka dipaksa untuk menghasilkan susu sepuluh kali lebih banyak dari yang biasanya. Perlakuan-perlakuan ini ikut menambah peradangan yang sangat menyakitkan bagi 50 persen dari sapi-sapi perah yang ada.

Hewan-hewan di peternakan saat ini tidak memiliki perlindungan undang-undang dari kekejaman. Hal ini seharusnya menjadi illegal jika diterapkan pada hewan peliharaan di rumah-rumah tangga: pengabaian, mutilasi, manipulasi genetik, dan program obat-obatan yang menyebabkan kesakitan kronis, kelumpuhan, dan penyembelihan yang kasar. Robert Louis Stevenson, seorang penulis novel dan puisi berkata, “Kita mengkonsumsi bangkai makhluk lain untuk memuaskan cita rasa dan nafsu diri kita.” Namun, hewan-hewan di peternakan pada dasarnya sangat pandai dan dapat merasakan sakit. Mereka mungkin sama pandainya dengan anjing atau kucing yang kita anggap sebagai teman.

Hal ini ditunjukkan oleh laporan-laporan yang sering terjadi tentang sapi-sapi yang melompati pagar setinggi enam kaki untuk melarikan diri dari rumah jagal, serta berjalan tujuh mil untuk bersatu kembali dengan anaknya dan berenang menyeberangi sungai menuju kebebasan. Babi-babi juga merupakan hewan yang penuh pengertian seperti yang ditemukan oleh Dr. Donald Broom, penasehat ilmiah pemerintahan Inggris – "Babi memiliki kemampuan kesadaran, mereka cukup pandai dan cerdik. Bahkan lebih dari anjing yang berumur tiga tahun.”

Langkah yang paling penting yang dapat Anda ambil untuk menyelamatkan planet kita dan mengurangi penderitaan manusia serta hewan adalah dengan menjadi vegetarian. Sebuah pola makan yang kaya dengan karbohidrat komplek, protein, serat, omega 3, vitamin, dan mineral dapat memberikan nutrisi yang optimal. Memupuk kebiasaan makan ini dapat menjaga kesehatan seumur hidup. Bukti yang mengejutkan dapat ditemukan di bukuThe China Studyoleh Profesor T.Colin Campbell yang berkata, “dalam sepuluh tahun ke depan, salah satu hal yang paling mengejutkan yang akan Anda dengar adalah protein hewani merupakan salah satu dari nutrisi beracun yang paling tinggi dari semuanya... ancaman penyakit akan naik secara dramatis ketika sedikit protein hewani saja yang ditambahkan ke pola makan Anda.” Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak vegetarian memiliki IQ yang lebih tinggi daripada teman-teman sekelasnya, dan para vegetarian rata-rata dapat hidup 6 sampai 10 tahun lebih lama daripada pemakan daging. Sebagai tambahan, mereka 50 persen lebih rendah terserang penyakit jantung dan kanker. Sedangkan pemakan daging sepuluh kali lebih cenderung menjadi gemuk daripada vegan. Makanan vegetarian memberikan kita semua nutrisi yang kita perlukan, tanpa lemak jenuh, kolesterol, dan bahan pencemar.

Sebaliknya, banyak yang berpendapat bahwa tumbuhan itu hidup juga. Ini benar, tetapi tumbuhan hanya memiliki sepuluh persen kesadaran sedangkan hewan-hewan memiliki kesadaran sepadan dengan manusia. Karena tumbuhan tidak dapat bergerak, jadi sensasi mengalami rasa sakit lebih sedikit. Jadi, tumbuhan sepenuhnya berbeda secara fisiologis dari mamalia. Jika Anda memotong cabang atau daun dari sebuah pohon, maka pohon itu akan tumbuh dengan subur dan tumbuh lebih banyak. Di sisi lain, hewan tidak berhasrat atas pemangkasan yang teratur. Dapatkah Anda memotong sebuah kaki sapi dan berharap akan tumbuh empat kaki lagi?

Memelihara hewan untuk dimakan akan mendatangkan malapetaka di Bumi. Lingkungan, sumber alam, dan kesehatan kita semakin memburuk. Meskipun sebagian besar dari kita tidak terlibat langsung dalam pemotongan hewan, akan tetapi manusia telah mengembangkan kebiasaan ini berdasarkan tekanan dari masyarakat, mereka tidak menyadari apa yang terjadi terhadap hewan-hewan yang kita makan. Pernah disebutkan bahwa seseorang yang pernah mengunjungi rumah jagal akan membuat mereka menjadi seorang vegetarian seumur hidup. Karena kitalah yang menciptakan teriak kesakitan dan ketakutan mereka.” Jadi jika Anda pernah memutuskan untuk memanggang hewan yang jinak sekali lagi……. Ingatlah bahwa Anda mengkonsumsi daging hewan yang sepadan dengan hewan peliharaan yang sangat Anda sayangi. Tetapi perbedaannya adalah bahwa hewan ini disiksa.